Melawan Tikus, Petani Pidie Jaya Andalkan Burung Hantu
PIDIE JAYA – Burung Hantu (Strigiformes) menjadi salah satu andalan petani sawah di Kabupaten Pidie Jaya (Pijay) untuk mengatasi hama tikus. Penggunaan predator ini terbukti efektif dan mampu meningkatkan produksi padi petani.
“Saat ini kami sudah nyenyak tidur, karena malam ada burung hantu yang menjaga tanaman padi dari serangan hama tikus” ungkap Sulaiman, petani padi sawah di pijay, Kamis (13/10/21).
Para petani mengaku sebelumnya mereka kewalahan menghadapi serangan hama tikus, sehingga berdampak pada turunnya hasil panen. Berbagai upaya telah dilakukan bahkan hingga menggunakan cara-cara berbahaya seperti pengunaan arus listrik bertekanan tinggi dilahan petani, ternyata hal itu juga tidak banyak membantu. Hingga pemerintah setempat menawarkan program pengendalian hama tikus dengan mengunakan musuh alami berupa pembuatan rumah burung hantu (Rubuha) atau Tyto alba di areal pesawahan petani.
Tak tanggung-tanggung, untuk mendukung program inovasi Rubuha ini pemerintah Pijay bahkan menerbitkan Qanun (Perda_red) yang membolehkan alokasi dana desa ( ADD) untuk kegiatan inovasi RUBUHA pada kawasan yang memiliki hamparan padi sawah.
“Tahun 2016 hanya ada 4 unit Rubuha yang dibangun di dua kecamatan, sekarang sudah mencapai 132 unit yang sudah menyebar ke lima kecamatan, Rubuha menjadi Inovasi pertanian andalan di Pijay” ujar Dwi Saputra, S.Pt., Kepala Bagian Perencanaan Dinas Pertanian Pangan Pijay.
Gebrakan lain yang gagas Dinas Pertanian dan Pangan Pijay, gerakan tanam serempak jajar legowo (Sitaja legowo) yang juga berdampak positif terhadap meningkatnya hasil panen dan semakin efektifnya pengunaan sumberdaya air.
“Tantangan yang kami hadapi saat ini, terbatasnya kemampuan petani mengakses pupuk khsususnya pupuk subsidi untuk petani” kata Drh. Muzzakkir, Kepala Dinas pertanian Pangan Pijay.
Muzakir menjelaskan, para petani kesulitan mengakses pupuk karena jatah pupuk bersubsidi di kawasannya berkurang sementara pupuk non subsidi harganya mahal. Selain itu ada keluhan dari petani distribusi pupuk ditingkat distributor yang ditunjuk juga sering terlambat, sehingga mengganggu tahapan proses tanaman budidaya padi sawah.
“ Sehebat apapun teknologi budidaya kami tawarkan, tanpa dukungan sarana produksi seperti pupuk, benih unggul dan alat mesin pertanian (alsintan) menjadi hambar, saat kami berhadapan dengan petani di lapangan” tambah Husna penyuluh pertanian di Pijay.
Semua informasi tersebut terungkap dalam Fokus Grup Diskusi (FGD) yang di gelar para peneliti Universitas Malikussaleh (Unimal) di ruang pertemuan Dinas Pertanian dan Pangan Pidie Jaya. sejak beberapa bulan terakhir para peneliti dari Fakultas Pertanian Unimal Dr. Setia Budi, Eva Wardah, M.Si, Dr Maisura, M.P., Khairunisak dan Aninda Apprilia sedang mengungkap peran kemitraaan penyuluhan pertanian dalam penerapan inovasi budidaya padi sawah untuk mewujudkan ketahanan pangan di Provinsi Aceh.
“Kemitraan, penyuluhan dan inovasi pertanian adalah kata kunci suksesnya program ketahanan pangan di Indonesia khususnya di Provinsi Aceh, karena itu sejak beberapa bulan terakhir kami mencoba mengungkap tiga kata kunci itu dalam penelitian yang kami fokuskan di Kabupaten Pidie Jaya, yang kita tahu sebagai salah satu lumbung padi di Aceh” jelas Ketua tim peneliti, Dr Setia Budi.
Setia Budi mengatakan penelitian ini akan rampung pada November 2021, dan diharapkan bisa memberikan kontribusi positif kepada pemerintah dalam pengembangan pertanian di Provinsi Aceh.
“Alhamdulillah pemerintah Pijay dalam hal ini Kepala Dinas Pertanian Pangan Pijay pak Muzakir selalu welcome untuk pengembangan pembangunan khususnya pertanian di wilayah kerjanya, ini sinyal positif bagi kita pihak kampus untuk bersinergi dalm menyelesaikan sebahagian dari masalah yang dihadapi petani” pungkas Setia Budi. [SB*25]