PGE Gelar Edukasi Migas Untuk Jurnalis

Penulis : Penulis
Editor : Tim Editor Marjinal
Sep 5, 2024 08:00
0

PGE Gelar Edukasi Migas Untuk Jurnalis
Eksternal Relation Manager PGE, Bustami membuka kegiatan Edukasi Hulu Migas kepada jurnalis Aceh Utara - Lhokseumawe (5/9) - Foto : marjinal. Id

ACEH UTARA - Sekitar 150 Jurnalis Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara mengikuti pelatihan Edukasi hulu migas yang diselenggarakan oleh PT. Pema Global Energi (PGE) di sebuah kafe di kawasan gunung Salak Nisam Antara Aceh Utara, Kamis (5/9/24). 

Anak perusahaan PT. Pembangunan Aceh (PEMA) yang bergerak di bidang eksplorasi dan produksi migas tersebut, menggelar kegiatan ini untuk mengupdate pengetahuan jurnalis tentang hulu migas sekaligus menjadikan forum itu sebagai ajang silaturahmi sesama jurnalis dan manajemen PGE. 

Para peserta yang berasal dari berbagai media dan organisasi jurnalis seperti AJI, PWI, PPWI, IJTI, dan PWO tersebut mendapatkan pemahaman tentang bagaimana meliput isu energi, dan perkembangan kegiatan industri Migas di wilayah kerja PGE. 

Saat membuka acara Eksternal Relation Manajer PGE, Bustami mengajak para jurnalis menyatukan persepsi untuk kemajuan industri Migas Aceh khususnya di wilayah kerja PGE. 

Diakui produksi migas Aceh mulai menurun "Kita boleh berbangga dengan kejayaan masa lalu, namun tetap optimistis dengan masa depan" Ungkapnya. 

Pihaknya saat ini sedang bekerja keras, menemukan cadangan minyak baru dan melakukan studi pada sumur-sumur yang ditinggalkan Exxon Mobil namun berproduksi di wilayah kerja PGE, karena itu dibutuhkan dukungan semua pihak terutama para jurnalis. 

Karena dia percaya, jurnalis mampu membentuk opini produktif maupun kontra produktif terhadap terhadap upaya-upaya yang sedang dilakukan tersebut. 

" Kami yakin para jurnalis, cukup paham tentang industri Migas, karena itu kegiatan hari bukan masalah edukasinya yang utama tetapi ini lebih kepada silaturahmi dengan teman-teman jurnalis dalam rangka membangun persepsi yang sama terhadap proses dan berbagai persoalan terkait industri Migas khususnya wilayah kerja PGE" Jelas Bustami. 

Dalam pelatihan yang berlangsung setengah hari itu PGE menghadirkan dua pemateri yang diharapkan bisa memberikan pencerahan kepada para jurnalis yaitu Tiara Fatimah dari divisi formalitas hubungan eksternal dan security badan pengelolaan migas Aceh (BPMA) dan Setyo dari Subsurfis PGE. 

Tiara Fatimah menjelaskan kenapa proses verifikasi dalam kasus industri Migas relatif lambat. 

"Sebenarnya bukan lambat, namun ada standar prosedur yang harus dilalui oleh humas atau bidang eksternal sebelum menjawab konfirmasi para jurnalis, bila ada trouble dan masalah, karena informasi baru bisa dirilis ke publik setelah proses investigasi dilapangan dan kordinasi dengan bidang terkait, bahkan terkadang juga diperlukan kordinasi dengan manajemen ditingkat atas, itu standar perusahaan yang tidak boleh dilangkahi " Ungkap Tiara menjawab pertanyaan peserta yang selama ini merasa kesulitan melakukan konfirmasi dengan narasumber di industri migas jika ada kejadian di lapangan. 

Mantan jurnalis tersebut juga mengingatkan, industri migas selain memberi dampak ekonomi secara nasional juga memberi menimbulkan multiplier efect pada lingkungan sekitar. 

"Jika ini berhasil maka akan banyak menyerap tenaga kerja lokal, menghidupkan pelaku ekonomi kecil menengah, dan berbagai dampak positif lainnya apalagi PGE merupakan Anak perusahaan PEMA, BUMD milik pemerintah Aceh tentu saja kehadirannya akan sangat berdampak pada kesejahteraan masyarakat Aceh" kata Tiara. 

Tiara Fatimah

Pemateri kedua  Setyo menyampaikan kegiatan eksplorasi, pencarian sumber migas baru yang sedang dilakukan oleh PGE. 

"Kita menemukan  cadangan hidrokarbon pada dua sumur yang telah dilakukan pengeboran yaitu di sumur Arun A-55A berlokasi di desa Ampre dan desa Ampeh kecamatan Syamtalira Arun serta di sumur Rayeu C-1A di kecamatan yang sama dalam wilayah Kabupaten Aceh Utara " Jelasnya. 

Belum bisa dipastikan berapa jumlah cadangan hidrokarbon yang ada di kedua lokasi itu karena pihak PGE masih melakukan studi pengembangan. 

Studi pengembangan itu merupakan tahapan yang dilakukan sebelum proses produksi karena biaya yang harus dikeluarkan sangatlah besar. 
"Industri Migas adalah industri High  cost, high risk" ungkapnya. 

Setyo menjelaskan, untuk menekan resiko kerugian maka perlu perhitungan yang matang dan terukur sesuai dengan standar yang berlaku. 

Dalam pemalaranya Setyo juga menampilkan beberapa video yang menggambarkan proses tahapan ekplorasi migas, mulai dari seismik hingga pengeboran, juga Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan dalam operasi di lapangan. 

Selain mengedukasi para jurnalis, di kesempatan yang sama para peserta juga di suguhkan penganan khas Aceh seperti keukarah, kue boi dan boh husein dengan kemasan modern, produk UMKM binaan PGE. [zulsyarif]