Membudayakan Diskusi di Kalangan Mahasiswa, KPI FUAD IAIN Bentuk Komunitas Tika Beut.

LHOKSEUMAWE – Mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) IAIN Lhokseumawe menciptakan ruang edukasi inovatif melalui komunitas “Tika Beut.”
Komunitas ini hadir sebagai wadah diskusi aktif yang dilaksanakan setiap Jumat di bawah pohon rindang depan Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah. Dengan mengusung konsep santai namun penuh manfaat yang bertujuan membangun budaya diskusi yang kritis sekaligus meningkatkan kreativitas mahasiswa.
Komunitas yang digagas oleh Ketua Jurusan KPI, Dr. Rizqy Wahyudi, M.Kom.i., dan Sekretaris Jurusan Zanzibar, M.Sos. sejak 27 September 2024 lau itu, bukan hanya sekedar diskusi ajang berbagi pendapat, tetapi juga bagian dari proses pembelajaran yang mendalam.
“Melalui diskusi, mahasiswa dapat mengasah kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi, dan menyelesaikan masalah” ungkap Rizki Wahyudi, Selasa (17/12/24)
Tika Beut menurut Rizki Wahyudi, sebagai langkah untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa di luar ruang kelas yang sangat penting untuk membangun mahasiswa yang tidak hanya aktif secara akademik, tetapi juga memiliki kemampuan berpikir yang terbuka dan konstruktif.
“ Kami berharap Tika Beut terus berkembang menjadi komunitas yang memberikan dampak nyata bagi mahasiswa dan kampus,” tambahnya
Materi diskusi yang disampaikan oleh pemateri pemateri komunitas Tika Beut sangat menarik dan edukatif bagi mahasiswa, mencakup berbagai topik penting seperti bagaimana budaya lokal dapat tergerus oleh globalisasi, cara meraih beasiswa ke luar negeri, serta strategi untuk mendapatkan cuan melalui platform digital.
Selain itu, Tika Beut juga membahas pentingnya merancang karir di era disrupsi, filsafat sebagai dasar pemikiran, dan transformasi dakwah di era revolusi informasi, khususnya bagi generasi milenial dan Gen Z. Tak kalah menarik, materi ini juga menyentuh peran penting mahasiswa dalam menyikapi isu sosial, serta banyak topik lain yang sangat relevan dengan tantangan zaman sekarang.
Ketua komunitas Tika Beut, Jihan mengatakan Tika Beut bukan hanya tentang berbagi ide, tetapi juga tentang mendorong mahasiswa untuk berpikir inovatif dan berkolaborasi.
Disebutkan, komunitas ini adalah tempat yang tepat untuk mengembangkan potensi diri, baik dalam berpikir kritis maupun berkreasi. Kami berharap mahasiswa dari berbagai fakultas juga dapat bergabung dan menjadikan Tika Beut sebagai bagian dari perjalanan intelektual mereka.
“Dengan semangat yang diusung oleh komunitas Tika Beut diharapkan terus tumbuh dan menginspirasi mahasiswa lainnya untuk aktif berpartisipasi, baik dalam dunia akademik maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Tika Beut bukan sekadar komunitas, melainkan gerakan untuk membangun masa depan yang lebih baik melalui edukasi dan kreativitas” pungkas Zanzibar.
[Ahmad Zuhri Ramadhan]