Memperingati 100 Tahun Milad Tgk. Hasan Muhammad di Tiro, Sang Deklarator GAM
Banda Aceh - 25 September 2025 — Tepat hari ini, 25 September 2025, kita memperingati 100 tahun kelahiran Tgk. Hasan Muhammad di Tiro. Sosok sentral dalam sejarah modern Aceh ini dikenang sebagai seorang pemimpin, pejuang, dan deklarator Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk cita-cita kemerdekaan Aceh.
Perjalanan hidupnya adalah sebuah epos yang penuh dengan pengorbanan pribadi dan kepiluan yang mendalam.
Pengasingan dan Kesepian:
Setelah mendirikan GAM pada tahun 1976, Hasan di Tiro menjadi target utama pemerintah Indonesia dan terpaksa menjalani hidup di pengasingan selama lebih dari tiga dekade.
Dalam masa itu, ia tidak hanya terpisah dari tanah kelahirannya, tetapi juga menghadapi tragedi kehilangan banyak anggota keluarga akibat konflik. Meskipun menjadi simbol perjuangan bagi rakyat Aceh di seluruh dunia, ia menjalani hidup yang jauh dari normal, terisolasi, dan hanya mengandalkan dukungan dari komunitas diaspora.
Impian yang Tak Terwujud:
Cita-cita terbesar Hasan di Tiro adalah mendirikan Negara Aceh Merdeka. Namun, harapan itu harus pupus setelah penandatanganan Perjanjian Damai Helsinki pada tahun 2005. Perjanjian tersebut mengakhiri konflik dengan memberikan status otonomi khusus bagi Aceh, bukan kemerdekaan penuh seperti yang ia impikan.
Pada tahun 2008, ia kembali ke tanah kelahirannya dalam kondisi tua dan sakit. Kepulangannya menjadi momen haru bagi para pendukungnya, namun juga membuatnya menyaksikan langsung hasil dari kompromi politik yang jauh dari impiannya.
Wafat dengan Duka Cita:
Hasan Muhammad di Tiro menghembuskan napas terakhirnya di Banda Aceh pada 3 Juni 2010, hanya dua tahun setelah kepulangannya. Ia wafat dengan membawa duka mendalam karena cita-cita terbesarnya belum terwujud. Kepergiannya meninggalkan jejak pengorbanan dan kesedihan mendalam bagi para pendukung yang melihatnya sebagai simbol perlawanan.
Dalam peringatan miladnya yang ke-100 tahun ini, mari kita kenang Tgk. Hasan Muhammad di Tiro sebagai sosok pemimpin yang gigih berjuang untuk martabat bangsanya, meskipun harus mengakhiri hidup dengan kenyataan yang tidak sejalan dengan harapannya. Kisahnya menjadi pengingat akan beratnya harga sebuah perjuangan dan pentingnya perdamaian yang berkelanjutan.[]

