Festival Revitalisasi Sastra Lisan Teungku Adnan PMTOH Berakhir, Ini Pemenangnya
PIDIE - Semaraknya para siswa di ajang Festival Revitalisasi Sastra Lisan Teungku Adnan PMTOH Tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) Se-Kabupaten Pidie yang diselenggarakan Balai Bahasa Provinsi Aceh berada di puncaknya. Penyerahan hadiah bagi pemenang menandakan berakhirnya kegiatan ini, yang dipusatkan di Aula SMA Negeri 1 Sigli, Rabu (8/6/22).
Pada Festival Revitalisasi Sastra Lisan ini, untuk juara I diraih Zikri Aulia, siswa SMA Negeri 1 Sakti. Disusul di posisi ke II, Alfi Zamharira siswa SMA Negeri 2 Sigli. Sedangkan juara III diraih Mursalin, siswa SMA Negeri 2 Mutiara.
Sementara, masing-masing juara harapan diraih Mufadhal, siswa SMA Negeri 2 Mutiara di posisi juara harapan I. Harapan II diperoleh Muhammad Mizan, siswa SMA Swasta Sukma Bangsa, dan ditutup dengan Musrizal, siswa SMA Negeri 1 Sakti meraih juara harapan III.
Samsul Bahri, Putra Tgk. Adnan PMTOH saat penyerahan piala-Foto: Nanda Ab
Muhammad Gade, S,Pd. guru pendamping SMA Negeri 2 Mutiara mengutarakan, sangat bangga atas prestasi anak didiknya, dikarenakan 2 perwakilan sekolahnya meraih juara pada festival ini. Mereka adalah Mursalin, meraih juara III dan Mufadhal, juara harapan I.
“Kegiatan ini sangat bagus dalam rangka melestarikan warusan budaya leluhur. Saat ini anak-anak sudah mulai melupakan warisan sastra fenomenal ini,” kata Muhammad Gade kepada Marjinal, (8/6/22).
Ini adalah bukti, sambungnya, mereka masih mencintai warisan sastra lisan ini. Buktinya mereka telah meraih prestasi melalui festival ini. Dengan harapan, semoga banyak anak-anak tetap menjaga dan mencintai warisan budaya sastra lisan Teungku Adnan PMTOH .
Para Guru Pembina dan Siswa SMAN 2 Mutiara-Foto: Nanda AB
Sementara, Afifuddin, S.Sn., M.Sn., salah satu pemateri dan sekaligus juri saat Festival Revitalisasi Sastra Lisan Teungku Adnan PMTOH mengatakan ada 3 metode pembelajaran yang digunakan diawal pelatihan kegiatan ini, yakni, metode ceramah, puzzle dan eksperimen.
Lanjutnya, peserta mendapatkan 3 materi berbeda dari masing-masing pemateri (Rasyidin, M.Sn dan Samsul Bahri, S.Ag) seperti dalam bentuk ceramah, dimana materi tersebut merupakan puzzle yang nantinya disusun oleh peserta dalam eksperimennya secara mandiri setelah 3 hari pelatihan luring (22–24 Maret yang lalu).
Kemudian, eksperimen dipandu pemateri secara luring, dimana para peserta dikumpulkan dalam satu grup WhatsApp yang disiapkan oleh panitia untuk memudahkan berkomunikasi dengan semua pemateri. Metode ini berhasil diterapkan dalam revitalisasi Sastra Lisan konsepsi Teungku Adnan PMTOH.
Hal ini, sebut Afifuddin, terbukti dari hasil pelatihan yang dipresentasikan para peserta ketika Festival Sastra Lisan Konsepsi Teungku Adnan PMTOH. Hampir seluruh peserta yang berjumlah 25 siswa mampu menyajikan hikayat dengan cha’e (irama) konsepsi Teungku Adnan PMTOH.
Dari jumlah tersebut bahkan ada yang mampu berakting dan menggunakan alat peraga seperti Teungku Adnan PMTOH. Bahkan ada diantara peserta yang mampu menyajikan hikayat dengan cha’e seperti diwariskan Mak Lapee (gurunya Teungku Adnan PMTOH) kepada murid generasi kesatu dan kedua.
“Ini tentu satu kebahagiaan bagi kami para tutor yang terlibat dalam revitalisasi ini,” ungkap Afifuddin kepada Marjinal, (8/6/22)
Sudah lama, sejak 16 tahun berpulangnya Almarhum Teungku Adnan PMTOH, sambung Afifuddin, terus berupaya untuk terus mencari penerus dan pembaharu penyajian hikayat konsepsi Teungku Adnan PMTOH yang mana dari struktur dan tekstur pertunjukannya dapat dikatakan sebagai Teater Moderen Aceh. [Nanda AB]