Sumbangan Ratu Aceh untuk Makkah

Penulis : Penulis
Editor : Tim Editor Marjinal
Mar 11, 2021 01:00
0

Sumbangan Ratu Aceh untuk Makkah

Marjinal.id - Sejarah kedermawanan bangsa Aceh yang dicatat oleh sejarah,s udah ada jauh sebelum indonesia merdeka,bagi rakyat Aceh sumbangan yang paling di ingat adalah ketika mereka memberi emas kepada RI untuk membeli pesawat dan tugu monas.

Namun jauh sebelum itu, sejarah kedermawanan bangsa Aceh sudah di catat dalam sejarah dunia, pada tahun 1672 penguasa Mekah abad 17 Syarif Barakat mengirim duta besarnya ke timur untuk mencari sumbangan untuk pemeliharaan masjidil haram.kedatangan mareka ke Aceh setelah raja Moghul Aurangzeb (1658-1707) tidak mampu memenuhi keinginan Syarif barakat, Aurangzeb belum sanggup memberi sumbangan seperi biasa nya ke masjidil haram.

Setelah empat tahun rombongan Mekah ini terkatung katung di India,mareka berangkat ke Aceh dan tiba di Aceh pada tahun 1681. Di Aceh, duta Mekah itu di sambut dengan hormat oleh penguasa Aceh Sri Ratu Zakiatuddin inayatsyah (1678-1688). kedatangan utusan Mekah ini menyulut semangat kelompok oposisi yang anti terhadap pemerintah perempuan. namun karena sosok Sultanah yang alim dan pintar berbahasa Arab dengan lancar, dia berbicara dengan tamu dari Arab ini mengunakan tabir dari sutra dewangga.

Duta dari Arab sangat gembira diterima oleh sang Ratu, karena mereka tidak mendapat pelayanan serupa ketika di New Delhi, bahkan empat tahun mareka di india, mereka tidak bertemu dengan Aurangzeb.

Ketika mereka pulang Sri ratu Inayatsyah memberi mareka tanda mata untuk rombongan dan Syarif Barakat serta sumbangan untuk masjid haram dan Nabawi yang terdiri dari tiga kinthar emas murni, tiga ranthal kamfer, kayu cendana dan jeubet musang, tiga gulyun (alat peghisap tembakau )dari emas, dua panyot dong dari emas, lima lampu gantung dari emas untuk masjid Haram, lampu kaki dan kandil dari emas untuk masjid Nabawi.

Pada tahun 1683 mereka kembali ke Mekah dan sampai di Mekah pada september 1683. Dua orang bersaudara dari rombongan Mekah ini yaitu Syarif Hasyim dan Syarif Ibrahim tetap tinggal di Aceh atas permintaan para petinggi Aceh yang anti Raja perempuan, salah satu dari mereka menikah dengan adik sang Ratu yaitu Kamalat syah Lima tahun kemudian setelah Duta besar Mekah kembali ke Hijaz, Sultanah Ratu Zakiatuddin inayat syah wafat pada hari ahad 3 oktober 1688, pemerintahan nya di ganti kan oleh adik nya yaitu Sri ratu kamalat Syah (putrou Punti) dia diangkat menjadi ratu atas saran Syeh abdurrauf al fansury yang bertindak sebagai waliyul mulki.


Setelah wafat Syeh Abdur rauf (seulayan 23 syahwal 1106, 3 oktober 1695), konflik mengenai kedudukan perempuan sebagai Raja kembali terjadi di picu oleh fatwa Qadhi mekah, fatwa import ini tiba dengan "jasa baik' dari golongan oposisi Ratu. Lalu pemerintah Aceh diserahkan kepada penguasa yang berdarah Arab yaitu salah satu utusan Syarif dari Mekah yakni suami Ratu Kamalatsyah,Syarif Hasyim yang menjadi Raja pada hari rabu 20 rabiul akhir 1109(1699).


Setelah Ratu di makzulkan kerajaan Aceh memiliki seorang pemimpin yang bergelar Sultan Jamalul Alam Syarif Hasyim Jamalulail (1699-1702) awal berkuasanya dinasty arab menguasai Aceh sampai dengan tahun 1728 M. Terkait sumbangan emas dari Ratu kepada rombongan Mekah, menjadi perbincangan dan perdebatan di Mekah, disebut kan sejarah ini mencatat dalam sejarah Mekah dimana disebutkan bahwa emas dan kiriman Sultanah Aceh tiba di Mekah pada bukan syakban 1094 pada saat itu Syarif Barakat telah meninggal,pemerintahan di ganti oleh anaknya Syarif Said barakat(1682_1684)


200 tahun setelah nya,sumbangan Aceh itu masih dibicarakan disana seperti penuturan Snouch horgronje sewaktu ia tiba di mekah pada tahun 1883, pengiriman seorang duta mekah ke Aceh pada tahun 1683 sempat membuat nya kagum terhadap kehebatan orang Aceh masa lalu dan di catat dalam bukunya. (Ig.@atjehgallery).