Ini Empat Masalah Serius di Aceh Utara

ACEH UTARA – Kemiskinan, Stunting, Infrastruktur jalan dan irigasi masih menjadi masalah serius di Aceh Utara. Penjabat Bupati Aceh Utara Azwardi, AP, M.Si, menyebutkan angka kemiskinan dikawasannya sebesar 16,86 persen, bahkan 2,94 persen diantaranya masih dalam katagori miskin ekstrem.
Prevalensi stunting pada kisaran 38,3 persen masih tergolong tinggi, 70 persen infrastruktur jalan belum memadai artinya hanya 30 persen dalam kondisi baik terakhir menyangkut irigasi kata Pj. Bupati hanya sekitar 42 persen dalam kondisi baik. Bahkan khusus daerah irigasi Krueng Pase yang melayani 8 kecamatan atau sekitar 8.922 hektar lahan yang rusak akibat banjir besar tahun 2020 sampai saat ini belum teratasi.
Masalah ini dipaparkan Azwardi saat memimpin Rapat Koordinasi dan Evaluasi Rencana Kerja Pokja Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan (TJSLP) Triwulan I, di Oproom Kantor Bupati di Landing Kecamatan Lhoksukon, Selasa (6/6/23).
Rapat tersebut di ikuti Asisten II Setdakab Aceh Utara Ir Risawan Bentara, MT, para Kepala SKPK terkait, para pejabat dari PT Pema Global Energi, PT. PIM, PT Perkebunan Nusantara I, PT Pelindo I, KPw Bank Indonesia Lhokseumawe, PT Bank Aceh Syariah, Bank BSI, PT PLN UP3 Lhokseumawe, PT Pegadaian Syariah (Persero), PT Dunia Barusa, PT Ika Bina Agro, PT Seuramoe Agro Persada, PT Satya Agung, PT Solusi Bangun Andalas (Packing Plant Lhokseumawe), serta dari unsur akademisi, unsur masyarakat, LSM, serta Forum Pengelola dan Pokja TJSLP Kabupaten Aceh Utara.
Permasalahan itu sengaja disampaikan agar menjadi perhatian dalam pemanfaatan dana CSR (Corporate Social Responsibility) oleh perusahaan baik swasta maupun plat merah yang beroperasi di wilayah Aceh Utara.
Harapannya, dalam menyusun program CSR, Forum TJSLP agar dapat mendukung penyelesaian 4 masalah serius yang sedang dihadapi oleh pemerintah Aceh Utara tersebut. Salah satu contoh yang ditawarkan Azwardi kepada forum TJSLP adalah pemberdayaan petani di 8 kecamatan yang saat ini tidak bisa turun ke sawah karena irigasi tak bisa mengaliri air ke lahan.
“Perlu alternatif-alternatif lain untuk membantu petani-petani di 8 kecamatan tersebut, seperti pengembangan tanaman selain padi, atau memanfaatkan sumber-sumber air lain yang tersedia,” ungkap Azwardi.
Forum Pengelola dan Pokja TJSLP diharapkan dapat bekerja lebih aktif dan optimal, sehingga apa yang telah diprogramkan dapat direalisasikan dan menghasilkan outcome serta memberi manfaat sesuai yang diharapkan.
Azwardi menyampaikan apresiasi kepada semua perusahaan, badan usaha dan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Lhokseumawe yang telah melaksanakan program dan kegiatan TJSLP tahun 2022 sesuai dengan rencana kerja.
“Sinergi seperti ini sangat kita butuhkan, sehingga semua program atau kegiatan TJSLP yang dilaksanakan oleh setiap perusahaan dapat mencapai sasaran yang lebih tepat dan lebih optimal, sesuai dengan harapan kita semua,” tutup Azwardi. [*]