Santri, Sang Aktor Handal Pengendali Peradaban Menuju Generasi Intelektual

Penulis : Penulis
Editor : Tim Editor Marjinal
Okt 22, 2022 08:24
0

Santri, Sang Aktor Handal Pengendali Peradaban Menuju Generasi Intelektual
Rizki Maulizar Yusuf, Juru Bicara Jaringan Aspirasi Rakyat Aceh (JARA) dan Juga Aktivis IPM Aceh

Di era globalisasi ini santri dapat melebarkan sayapnya berdasarkan dua kecenderungan kelas yang tengah berkembang di masyarakat. Kelas inteligensi dan urban muslim, adalah dua kelas yang muncul sebagai buah dari transformasi Islam sebagai pola hidup dan berpikir masyarakat modern. 

Oleh: Rizki Maulizar Yusuf

Peran santri tidak luput dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Semangat juang yang tinggi untuk membela kebenaran menjadi senjata utamanya dalam berjuang. Tak lagi menghadapi tantangan, kini tugas jihad santri sebenarnya masih sama besarnya. Pengaruh globalisasi yang semakin pesat menjadi musuh sekaligus senjata mereka dalam berjuang di zaman modern ini.

Sudah saatnya santri dapat membuka pandangan masyarakat tentang wajah seorang santri di era globalisasi. Stigma bahwa santri adalah kelompok orang-orang kolot yang tidak menerima perkembangan zaman, sudah waktunya dipatahkan.

Mengandung penggambaran strategi peran santri di era globalisasi. Tak lagi menghadapi tantangan, bukan berarti tantangan santri menjadi lebih mudah dan sederhana. Ideologi dan pemikiran santri yang sangat terbuka dengan referensi, dibarengi karakter diri yang kokoh, menjadi kekuatan besar, memperkuat karakter bangsa di dunia global. Tak hanya isu lokal, tren modernitas global kini telah menjadi ranah santri dalam merespon isu-isu masyarakat.

Hal ini sejalan dengan prinsip dasar kaum santri, yakni Al-muhafadhah ala al-qadim as-shalih wa al-akhdu bi al-jadidi al-ashlah yang bermakna, memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik.

Di kalangan pesantren dan ulama nusantara, prinsip inilah yang menjadi identitas diri untuk ikut serta membangun masyarakat bersama masyarakat itu sendiri. Melalui prinsip ini, seorang santri dididik untuk turut serta terhadap isu-isu sekitarnya dan turut bekerja bersama isu tersebut. Hal inilah yang menjadikan santri sebagai agen terdepan dalam menentukan respons terkini melalui pendekatan agama yang moderat.

Di era globalisasi ini santri dapat melebarkan sayapnya berdasarkan dua kecenderungan kelas yang tengah berkembang di masyarakat. Kelas inteligensi dan urban muslim, adalah dua kelas yang muncul sebagai buah dari transformasi Islam sebagai pola hidup dan berpikir masyarakat modern. Hal ini sekaligus menjadi indikator bahwa era globalisasi membutuhkan peran agama di dalamnya, bukan malah meniadakan.

Pada kelas inteligensi, fungsi santri diperluas untuk dapat andil dan fokus membahas isu-isu masyarakat, terutama hal-hal yang berada di antara negara dan agama. Melalui kelas ini, santri berperan luas untuk menjadi aktor dalam pembentukan masyarakat ideal (madani). Tak lagi berkutat dengan keilmuan semata, santri juga menjadi jembatan antara agama dan pegawai. Dengan begitu, suasana kehidupan sebuah bangsa yang kental akan nilai-nilai keislaman di dalamnya akan tercipta harmonisasi.

Berbeda dengan kelas inteligensi, urban muslim memandang bahwa agama sebagai fenomena yang berpengaruh terhadap gaya hidup. Tren bisnis, mode, serta budaya yang menginginkan tampilnya unsur-unsur keislaman yang tampak sederhana dan artifisial.

Baca Juga Opini: Jalan Sunyi Seorang Seniman

Bagi santri, kelas ini dapat menjadi batu loncatan untuk mendekati masyarakat secara lebih halus. Sebab, budaya dan gaya hidup merupakan pintu masuk utama nilai-nilai keislaman, seperti yang telah dicontohkan para Wali Songo dalam dakwahnya pada masyarakat nusantara.

Fakta-fakta ini membuktikan bahwa santri melalui karakternya, merupakan tidak penting dalam menghadapi isu negatif globalisasi. Karakter egaliter dan demokratis santri dapat melawan otoritarianisme, sedangkan ketidakadlian sosial dan ekonomi dapat diatasi dengan karakter bersahaja dan tawaduk (rendah hati) santri. Begitu juga dengan penipuan-kecurangan politis yang kerap terjadi, dapat diatasi dengan karakter jujur ​​dan ikhlas santri. Sedangkan karakter moderat dan inklusif santri berperan untuk mengatasi konflik agama dan terorisme.

Penguatan karakter dan peran santri ini sangat dibutuhkan. Terlebihnya di era revolusi industri 5.0 nanti, agama akan kembali berperan dalam memimpin sains. Re-spriritualisasi masyarakat menjadi tugas besar santri untuk mengarahkan perkembangan masyarakat modern. Tidak langsung, peradaban manusia yang sebenarnya bergantung pada peran santri dalam merespon dan mengendalikan isu-isu global yang krusial. [NAB]

Penulis adalah Rizki Maulizar Yusuf Juru Bicara Jaringan Aspirasi Rakyat Aceh (JARA), dan juga aktivis IPM Aceh