Kesehatan Mental Mempengaruhi Kualitas Kerja Pada Gen Z

Kesehatan Mental Mempengaruhi Kualitas Kerja Pada Gen Z
Fardhan Afrizal, Mahasiswa Psikologi Universitas Malikussaleh

"Gen Z tumbuh di era digital yang penuh tekanan sosial, tuntutan kesuksesan, dan perubahan karier yang cepat, dalam lingkungan kerja, kesehatan mental yang terabaikan dapat berakibat langsung pada kualitas kerja mereka"

Kesehatan mental telah menjadi topik yang semakin diperhatikan di kalangan generasi muda, khususnya Generasi Z (Gen Z), yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Gen Z tumbuh di era digital yang penuh tekanan sosial, tuntutan kesuksesan, dan perubahan karier yang cepat. Dalam lingkungan kerja, kesehatan mental yang terabaikan dapat berakibat langsung pada kualitas kerja mereka. Generasi ini perlu didukung agar dapat bekerja secara optimal dan merasa nyaman dalam menghadapi tantangan karier serta tuntutan emosional di tempat kerja.

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi kesehatan mental Gen Z adalah stres terkait pekerjaan. Bagi banyak dari mereka, pekerjaan pertama menjadi titik krusial dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan profesional dan mencoba meraih keseimbangan antara karier dan kehidupan pribadi. Tekanan ini, bila tidak dikelola dengan baik, dapat mempengaruhi performa kerja, memicu kelelahan emosional, dan bahkan mengakibatkan burnout. Dalam jangka panjang, stres yang dibiarkan dapat membuat produktivitas mereka menurun dan rasa keterikatan mereka terhadap pekerjaan pun berkurang.

Gen Z juga sering mencari makna dalam pekerjaan mereka, bukan sekadar mencari gaji atau stabilitas. Mereka lebih menghargai lingkungan kerja yang mendukung kesejahteraan mental dan emosional, serta menginginkan pekerjaan yang sesuai dengan nilai-nilai pribadi. Ketika mereka merasa pekerjaan mereka tidak bermakna atau lingkungan kerja tidak mendukung kesehatan mental, mereka cenderung merasa tidak puas dan mengalami penurunan motivasi. Ketidakpuasan ini jelas berdampak pada kualitas kerja, di mana kinerja mereka menjadi kurang optimal dan kecenderungan untuk berpindah kerja lebih besar.

Dalam era digital dan dinamis seperti sekarang, kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental di lingkungan kerja menjadi esensial, khususnya bagi Gen Z yang rentan terhadap tekanan sosial dan karier. Membuat ruang bagi karyawan untuk berbicara tentang kesehatan mental mereka, tanpa rasa takut terhadap stigma atau dampak negatif, akan membangun budaya kerja yang lebih inklusif dan produktif. Dengan mendukung kesehatan mental Gen Z, perusahaan tidak hanya membantu meningkatkan kualitas kerja individu, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang lebih seimbang dan sehat. [Fardhan Afrizal*]

*Mahasiswa Psikologi Universitas Malikussaleh