Tantangan Kesehatan Mental Generasi Sandwich

" Peran ganda generasi sandwich sering kali menyebabkan mereka terjebak dalam situasi yang sulit, satu sisi merasa bertanggung jawab untuk menjaga kebahagiaan dan kesejahteraan orang-orang di sekitarnya sehingga sering kali melupakan diri sendiri, dalam jangka panjang kesehatan mentalnya akan terganggu"
Generasi sandwich, yang mengacu pada orang-orang yang berada di antara tanggung jawab merawat orang tua yang sudah lanjut usia dan membesarkan anak-anak mereka sendiri, menghadapi tekanan hidup yang sangat kompleks.
Beban ganda ini bisa sangat melelahkan, baik secara fisik maupun mental. Di tengah tuntutan finansial dan emosional yang terus meningkat, kesehatan mental generasi ini sering kali terabaikan, padahal mereka sangat rentan mengalami kelelahan emosional, kecemasan, bahkan depresi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan mental generasi sandwich adalah kurangnya waktu untuk diri sendiri.
Banyak dari mereka harus mengatur waktu dan energi antara pekerjaan, merawat orang tua yang mungkin sakit, dan mengurus kebutuhan anak-anak.
Dalam situasi seperti ini, waktu untuk merawat diri sendiri dan mengambil jeda sering kali tidak tersedia. Kurangnya me time ini bisa menyebabkan stres berkepanjangan yang jika tidak ditangani akan berdampak pada kesehatan mental secara keseluruhan.
Selain itu, generasi sandwich juga menghadapi tekanan finansial yang cukup berat. Biaya hidup yang tinggi, pendidikan anak, dan perawatan kesehatan orang tua bisa menambah beban finansial yang berat. Tekanan finansial ini dapat memicu kecemasan berlebihan dan perasaan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan semua pihak.
Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa memicu rasa bersalah dan ketidakberdayaan yang berdampak buruk pada kesehatan mental.
Peran ganda generasi sandwich sering kali menyebabkan mereka merasa terjebak dalam situasi yang sulit.
Mereka merasa bertanggung jawab untuk menjaga kebahagiaan dan kesejahteraan orang-orang di sekitarnya, namun sering kali melupakan diri sendiri.
Perasaan terjebak ini bisa memicu stres yang berlarut-larut dan perasaan terbebani yang sulit diatasi. Ditambah lagi, tidak sedikit dari mereka yang merasa sendirian dalam menjalani tantangan ini karena kurangnya dukungan sosial atau pemahaman dari lingkungan sekitar.
Generasi sandwich juga sering kali sulit mencari bantuan profesional untuk kesehatan mental.
Ada stigma di masyarakat yang membuat mereka merasa enggan untuk berkonsultasi dengan psikolog atau terapis.
Padahal, konseling dan terapi adalah cara yang efektif untuk mengelola stres, kecemasan, dan perasaan bersalah yang mereka alami. Pendidikan masyarakat tentang pentingnya kesehatan mental harus ditingkatkan agar generasi ini merasa nyaman mencari bantuan ketika dibutuhkan.
Agar generasi sandwich dapat menjaga kesehatan mental mereka, penting untuk belajar mengatakan “tidak” dan menetapkan batasan yang sehat.
Mereka perlu menyadari bahwa merawat diri sendiri bukanlah tindakan egois, melainkan langkah penting untuk memastikan mereka bisa merawat orang lain dengan lebih baik. Menetapkan batasan juga berarti tahu kapan harus meminta bantuan, baik dari anggota keluarga lain atau dari profesional, agar beban mereka tidak terlalu berat.
Dengan upaya kolektif, kita dapat membantu generasi sandwich mengatasi tekanan yang mereka hadapi dan menjaga kesehatan mental mereka. Dukungan dan pemahaman dari lingkungan sekitar sangatlah penting, karena kesehatan mental bukanlah tanggung jawab individu semata, melainkan tanggung jawab kita bersama sebagai masyarakat.[Mutiara Balqis*]
*Mahasiswi Prodi Psikologi Universitas Malikussaleh