Tanzil Murda, Mantan Kartunis Mingguan dan Bintang Serambi Indonesia Era 1990-an Sumbang Lukisan untuk Maestro Canang Ceureukeh

Tanzil Murda, Mantan Kartunis Mingguan dan Bintang Serambi Indonesia Era 1990-an Sumbang Lukisan untuk Maestro Canang Ceureukeh
Tanzil Murda Dalam Penggarapan Lukisan Maestro Canang Ceureukeh - Foto : Dok. Tanzil Murda
Tanzil Murda, Mantan Kartunis Mingguan dan Bintang Serambi Indonesia Era 1990-an Sumbang Lukisan untuk Maestro Canang Ceureukeh
Tanzil Murda, Mantan Kartunis Mingguan dan Bintang Serambi Indonesia Era 1990-an Sumbang Lukisan untuk Maestro Canang Ceureukeh

LHOKSEUMAWE. – Seniman multitalenta Aceh, Tanzil Murda yang mengisi rubrik kartun mingguan “Gam Cantoi” bersama Sampe Edward di Koran Serambi Indonesia era 1990-an telah menyumbang lukisan indah bertemakan sosok maestro Canang Ceureukeh (Utoh Amad) di atas kanvas menggunakan jenis cat akrilik berukuran 95 x 65 cm sebagai bentuk rasa hormat antar sesama seniman.

“Salut, diusia lanjutnya, Utoh Amad masih melestarikan Canang Ceureukeh yang diwariskan para pendahulunya. Sebagai ungkapan hormat, saya dengan niat tulus tanpa ada paksaan dari siapapun, bergerak hati untuk melukis sosok beliau bersama Canang Ceureukeh di atas media kanvas menggunakan cat akrilic berukuran 234 x 336 cm.” ungkap Tanzil Murda via selulernya (14/01/22)

Bernama Lengkap Drs. Tanzil Murda akrab disapa Tanzil bertempat lahir di Sama Dua, Aceh Selatan tahun 1966 silam adalah anak pertama dari lima saudara dari pasangan Muhammad Dahri (Purnawirawan ABRI-AD) dengan Aja Murniati SAR. Beristrikan Cut Khairunnisa, S.Ag (ASN di Dinas Syariat Islam Pemkot Lhokseumawe), Tanzil sejak SD sudah berbakat seni, khususnya menggambar dan bakat seni lainnya.

Jebolan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Fondasi Pendidikan di Universitas Syiah Kuala (1990) tak hanya handal dalam melukis. Kiprah beliau berorganisasi pun dimulai semasa kuliahnya, jabatan komisaris, sekretaris umum Himpunan Mahasiswa Fondasi Pendidkan (HIMFOND) dan sekaligus illustrator alias redaktur artistik Bildung (Buletin resmi Jurusan Ilmu Pendidkan FKIP) kala itu dipercayakan ke pundak beliau. Darah seni beliau pun merambat ke seni musik, pemain drum dan gitar pernah dilakoninya saat di bangku SMA dan kampus.

Kiprah beliau pun telah melalang buana di tiap kabupaten/ kota di Aceh bahkan even-event berskala nasional, diantaranya ikut memeriahkan beberapa pameran lukisan, diantaranya :

  1. Pameran lukisan Grand Opening Mall Daan Mogot, Jakarat Barat (1996)
  2. Pameran lukisan Hut Korem Lilawangsa 011 Lhokseumawe (2006)
  3. Pameran lukisan di Taman Ismail Marzuki Jakarta (2008)
  4. Pameran lukisan Himpunan Seniman Seni Rupa Lhokseumawe (2008)
  5. Pameran lukisan Pekan Olah Raga Provinsi, Bireuen (2011)
  6. Pameran lukisan Bangkit Dalam Rupa Warna dan Makna, Aceh Barat (2016)
  7. Pameran lukisan Taman Budaya Banda Aceh (2016)
  8. Pameran Seni Rupa dan Desain “Pinto Seni”, Institut Seni Budaya Indonesia Aceh (2019)
  9. Pameran Kaligrafi Kontemporer Se-Sumatera “Kaligrafi Tarekat Garis”, Institut Seni Budaya Indonesia Aceh (2020)

Sementara diajang lainnya, Tanzil kerap mengisi sebagai juri dalam event-event kompetisi perupa di Aceh, diantaranya :

  1. Juri lomba Lukis dan mewarnai Dekan Kesenian Kabupaten Aceh Barat (2001)
  2. Juri meggambar dan mewarnai Dewan Kesenian Kota Lhokseumawe (2004)
  3. Juri lomba lukis dan mewarnai HUT Korem 011 Lilawangsa Lhokseumawe (2006)
  4. Juri lukis mahasiswa Unimal Art Competision Lhokseumawe (2009)
  5. Creatif Fasilitator Jambo Dame, Langsa (2009)
  6. Juri Desain Komunikasi Visual (DKV) Sekolah Menengah Kejuruan 4 Kota Lhokseuamwe (2013, 2014, 2015, 2016).

Dan banyak juga keikutsertaan Tanzil dalam event-event lainnya yang tidak dimuatkan dalam kesempatan ini. Setidaknya, darah seni yang mengalir di tubuhnya telah tercurahkan secara konsisten. Tak ayal, saat melihat Canang Ceureukeh di kediaman Utoh Amad sekitar beberapa bulanan yang lalu (2021), Tanzil pun langsung sigap mengabadikan momen-momen penting dan terjalinlah tali persaudaraan antar seniman itu, yang dulunya tidak saling kenal. Tak kurang satu bulan, lukisan wajah Utoh Amad bersama Canang Ceureukeh siap digarap.

Seperti diberitakan sebelumnya oleh marjinal.id “Canang Aceh Terancam Punah” (28/01/21). Semoga dengan aksi Tanzil Murda ini memberi semangat baru ke semua pihak dalam melestarikan warisan masa silam.

“Ubat Hatee Allah, Allah…, Ubat Susah Rame Syedara”, Penggalan lirik Lagu Rafly Kande seakan menggambarkan jalinan persaudaraan mereka (Tanzil Murda – Utoh Amad) sebagai seniman sejati Aceh. (Nanda Al Bintang)