Razali Abdullah, Sang Penulis Otodidak

Penulis : Penulis
Editor : Tim Editor Marjinal
Apr 5, 2022 03:26
0

Razali Abdullah, Sang Penulis Otodidak
Razali Abdullah, memperlihatkan buku-buku karangannya saat ditemui di sebuah warung kopi di Kota Lhokseumawe (1/04/22) - Foto : Nanda Al Bintang

LHOKSEUMAWE – Razali Abdullah (54 tahun) selalu menenteng tas yang berisi buku-buku, masih terlihat butiran keringat di wajahnya saat duduk ngopi dengan marjinal di sebuah warung kopi di kota Lhokseumawe.

“Saya baru dari sekolah-sekolah, menawarkan buku-buku yang ada dalam tas ini sayangnya belum ada yang tertarik untuk membeli” tutur Razali dengan wajah lesu.

Sejak beberapa tahun terakhir Razali selalu mendatangi sekolah-sekolah dan dinas terkait yang ada di kota Lhokseumawe dan Aceh Utara untuk menawarkan buku-buku hasil karyanya sendiri, namun tak banyak yang tertarik meskipun sekolah-sekolah di Aceh sudah memuat kurikulum muatan lokal.

Selama kurun waktu 15 tahun terakhir, pria tamatan SMA ini telah mengarang sebanyak 159 judul buku  bertema kearifan lokal masyarakat Aceh, cerita rakyat dalam bentuk komik, nazam Aceh, humor Aceh, pantun Aceh, maupun buku-buku pelajaran Bahasa Aceh tingkat TK hingga SMP dan Kamus Bahasa Aceh, ia menulis buku secara otodidak.

Untuk menerbitkan bukunya Razali menggandeng perusahaan lokal maupun nasional seperti P.T Intermasa Jakarta, P.T Leuser Jakarta, Bina Media Perintis Medan, Unimal Press, CV. Aceh Multivision,  Yayasan Pena Banda Aceh bahkan juga Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Aceh. 

“Saat bapak Ibrahim Hasan menjabat Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Utara tahun 2003,  buku pelajaran Bahasa Aceh saya sempat dipakai sebagai pegangan siswa SD dan SMP di Aceh Utara” kenang Razali bangga.

Dimasa Ramli Ismail Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kota Lhokseumawe (2009) buku Pelajaran Bahasa Aceh karangan Razali juga di rekomendasikan untuk mengisi kebutuhan buku dalam kurikulum pelajaran Muatan Lokal.

Aktivitasnya menulis berawal saat dia merantau ke Malaysia, disana Razali menemukan buku-buku cerita Aceh terutama tentang hikayat-hikayat lama yang tak banyak lagi beredar dalam masyarakt Aceh, dari sinilah dia tertarik mempelajari cerita-cerita lama tentang Aceh.

“Tahun 1999, saya pulang ke Aceh dan mulai menggali cerita-cerita rakyat yang masih berkembang dalam masyarakat, lalu saya kemas dalam bentuk buku-buku yang bertemakan cerita rakyat, nazam Aceh, humor Aceh, pantun Aceh dan kamus bahasa Aceh beserta percakapannya dalam Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia”  tutur Razali.

Razali hanya berusaha mengabadikan pesan moral budaya tutur masyarakat Aceh dalam bentuk tulisan, ia berharap karya-karyanya itu dapat mendokumentasikan warisan pola didik nenek moyang masyarakat Aceh kepada generasi selanjutnya sehingga tidak tenggelaman oleh kemajuan tekhnologi dan ancaman budaya global. Sayangnya, karya-karya Razali sering mendapat kritikan karena dinilai kurang ilmiah dan minim referensi.

Namun demikian dia tak menyerah, karena terlanjur kecanduan menulis dan berusaha merawat cita-citanya melestarikan budaya Aceh dalam kemasan cerita rakyat, nazam dan sebagainya. Tak heran, tahun lalu (2021) melalui Bandar Publising, Razali kembali menerbitkan 44 Judul bukunya.

Terbuka ruang yang luas untuk memperdebatkan buku-buku karya Razali Abdullah karena minim referensi atau belum memenuhi standar ilmiah dalam proses sebuah penulisan buku. Namun menurut pandangan seniman Aceh, Sayed Ayuzar Alaydrus yang popular dengan nama Said Jaya Kapalo apa yang dilakukan Razali Abdullah patut dihargai bahkan seharusnya diberikan apresiasi. Karena yang dilakukan Razali adalah upaya melestarikan cerita-cerita rakyat yang didalamnya mengandung  pesan-pesan moral.

“Menurut saya buku adalah segala pengalaman dan pengetahuan yang simpan melalui tulisan, jadi  bagaimanapun bentuk atau isi sebuah buku pasti akan memiliki manfaat bagi pembacanya” ujar Said Jaya Kapalo.

Menurut Said Jaya, karya Razali perlu di dukung terutama oleh pemerintah setempat jika ada yang kurang sempurna tinggal dibicarakan dan di bimbing sehingga mendekati standar yang diharapkan, jika tidak ada yang memberi dukungan senja kala Razali akan segera tiba.  (Nanda Al Bintang/ red25)