Strategi Pengendalian Inflasi Kota Lhokseumawe

Strategi Pengendalian Inflasi Kota Lhokseumawe
Pj. Walikota Lhokseumawe A. Hanan bersama Kepala Kantor Perwakilan BI Lhokseumawe, Gunawan , saat kick off Serambi 2024 dalam rangkaian pasar murah di Museum Kota Lhokseumawe - Foto: Prokpimlsw

LHOKSEUMAWE – Inflasi adalah suatu kondisi di mana harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan dalam jangka waktu tertentu. Sederhananya, dengan jumlah uang yang sama, masyarakat  tidak bisa membeli barang sebanyak dulu.

Terjadinya kenaikan harga barang dan jasa di Lhokseumawe umumnya dipengaruhi oleh Cuaca, kenaikan BBM, permintaan yang meningkat, kenaikan biaya produksi, faktor distribusi, kebijakan pemerintah, Selain faktor umum di atas, mungkin ada faktor khusus yang lebih spesifik mempengaruhi inflasi di Lhokseumawe. Misalnya, ketergantungan pada sektor tertentu, seperti perikanan atau pertanian, dapat membuat Lhokseumawe lebih rentan terhadap fluktuasi harga komoditas tertentu.

Kondisi cuaca Ekstrim yang melanda Lhokseumawe baik musim hujan maupun kemarau panjang yang tidak menentu menyebabkan gagal panen, termasuk juga saat bencana banjir baik yang terjadi di Kota Lhokseumawe maupun Aceh menyebabkan pasokan komoditi seperti beras, cabai, dan ikan terhambat sehingga memicu kenaikan harga.

Kenaikan harga di Lhokseumawe sering juga  terjadi saat banjir melanda Aceh Tamiang dan Aceh Utara yag menyebabkan terhambatnya jalur distribusi dari Sumatera Utara ke Aceh karena hingga saat ini Lhokseumawe masih mengimpor komoditi maupun barang industri dari kawasan tersebut, tingakt ketrgantungan Kota Lhoksseumawe pada sumatera Utara amsih sangat tinggi.

Saat perayaan hari besar seperti lebaran, Maulid dan meugang harga barang di Lhokseumawe juga tak terkendali, meingkat tajam untuk beberapa saat karena permintaan masyarakat meningkat.

Sering juga terjadi kenaikan harga dipicu kenaikan harga bahan baku seperti minyak goreng atau bahan baku industri. Selain itu kebijakan-kebijakan pemerintah seperti penyesuaian tarif dasar listrik, air, atau BBM juga dapat menjadi pemicu perubahan harga yang memperkecil daya beli masyarakat di Lhoksseumawe.

Namun demikian, Inflasi di Lhokseumawe masilh bisa dikendalikan bahkan pemerintah kota Lhokseumawe mendapatkan apresiasi dari kementerian dalam negeri karena masuk dalam 10 besar  kota dengan pengendalian inflasi terbaik di Indonesia. 

Inflasi tahun ini tercatat lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yaitu  sebesar 2,35% (year-on-year/yoy), sedangkan rata-rata inflasi tahun sebelumnya yang mencapai 3,71%. Bahkan, pada bulan Juli 2024, Lhokseumawe mencatat deflasi sebesar -0,73% (month-to-month/mtm).

Bahkan dibulan Juli 2024 berdasarkan Laporan BPS Aceh, Lhokseumawe merupakan Kota kedua dengan inflasi terendah (2,15) setelah Aceh Tamiang (1,01) di Propinsi Aceh.

Pj. Walikota Lhokseumawe A. Hanan menjelaskan, ada beberapa strategi yang digunakan untuk untuk mengendalikan inflasi diantaranya menggelar pasar murah, bazaar, Pasar UMKM (Ahad Festifal), Pasar tani, kerjasama dengan lintas sektoral yang terkait dan kabupaten tetangga, serta mengembangkan sentra – sentra produksi komiditi tertentu yang rawan inflasi.

Pasar murah digelar sebagai upaya untuk membantu memperoleh barang-barang kebutuhan pokok dengan harga yang lebih terjangkau, sehingga dapat meringankan beban ekonomi sehari-hari.  Barang-barang yang dijual meliputi,  Beras , Minyak Goreng,  Gula Pasir dan  telur dengan harga dibawah harga-harga di pasar tradisional, biasanya merata pada 4 kecamatan dengan pembelian yang terbatas. 

Pasar murah dilakukan pada kondisi tertentu saat harga-harga kebutuhan pokok mulai melambung yang biasanya terjadi pada saat musim banjir, atau jelang perayaan hari besar Islam seperti Maulid, Meugang, Ramadhan,  hari raya  Idul Fitri, hari raya Idul Adha dan lain sebagainya.

“dengan adanya Pasar murah ini, nilai uang masyarakat dalam kondisi inflasi tetap stabil” ujar Hanan.

Kabid Perdagangan Disperindagkop dan UKM Kota Lhokseumawe. , Winda Azminda Roza, S.Kom., MSM, Sabtu (10/8/24) menyebutkan sepanjang  tahun 2024 mulai Januari hingga Agustus 2024 Pemko menggelar 20 kali pasar murah yang lokasinya menyebar di 4 kecamatan di wilayah ini yaitu Banda Sakti, Muara Dua, Muara Satu dan Blang Mangat.

Pemko Lhokseumawe juga memasilitasi pertemuan antara pedagang grosir dengan pihak perbankan, dengan tujuan memperkuat kerja sama terkait pendanaan dan mendorong agar pedagang tidak mengambil keuntungan berlebihan dari penjualan grosirannya.

Hal lain yang kini menjadi menjadi branding di Kota Lhokseumawe “Ahad Festifal” lapak dagang yang dibuka untuk pelaku UMKM setiap hari minggu di depan area Mesjid Agung Islamic Center.

Lokasi ini, kini menajdi pusat transaksi kuliner di pusat kota Lhokseumawe. Pemerintah bersama dengan menggandeng berbagai pihak berupaya menggelar berbagai kegiatan agar tempat ii selalu ramai di kunjungi sehingga terjadi perputaran uang di lokasi tersebut hingga ratusan juta rupiah.

Tak hanya itu Ahad Festifal juga membuka lapangan kerja bagi puluhan pemuda yang membuka lahan parkir di kawasan tersebut sehingga daya beli menjadi meninggkat karena ada sumber pendapatan baru perminggu bagi masyarakat yang ingin memanfaatkan moment.

Terhadap komoditi penyumbang inflasi tertinggi seperti bawang merah, cabe dan beberapa komoditi lainnya, pemko Lhokseumawe melakukan kerjasama dengan kabupaten lainnya . Salah satunya dengan  Kabupaten Pidie yang ditandatangani pada Jum`at (13/09/24)

Kerjsama tersebut diharapkan dapat meningkatkan stabilitas harga komoditas, memperkuat ekonomi lokal, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kedua wilayah.

 “Kami menjalin komunikasi dengan Kabupaten Pidie ini, karena Pidie salah satu penghasil beras dan bawang terbesar nomor 3 di Aceh, kerja sama ini tidak hanya untuk menekan laju inflasi, tetapi juga untuk meningkatkan produksi komoditas lokal, memperkuat distribusi pangan, serta memastikan ketersediaan barang-barang pokok di pasaran” ungkap A Hanan.

Untuk mengatasi langkanya pasokan bawang yang menjadi penyumbang inflasi tertinggi dalam catatan BPS Aceh, di Blang Buloh kecamatan Blang Mangat juga telah dikembangkan Sentra Produksi Bawang merah seluas 10 hektar pada lahan tidur yang diresmikan pada 6 Januari 2024 lalu.

Komoditi yang sama juga dikembangkan di Paloh Bate kecamatan Muara Dua, dibawah binaan Program Studi Ilmu Doktor Ilmu Pertanian (DIP) Universitas Syiah Kuala (USK) yang sudah melakukan panen perdana pada Minggu 27 oktober 2024 sebanyak 9 ton bawang pada lahan seluas 1 hektar. 

Upaya-upaya itu kemudian mengantarkan Kota Lhokseumawe, menjadi salah satu dari 10 kota yang dinilai terbaik dalam mengendalikan Inflasi di Indonesia. [ADV]