Inovasi Pertanian ; Burung Hantu Bantu Tingkatkan Hasil Panen Padi di Pijay

Penulis : Penulis
Editor : Tim Editor Marjinal
Agu 15, 2024 08:50
0

Inovasi Pertanian ; Burung Hantu Bantu  Tingkatkan Hasil Panen Padi di Pijay
Suasana FGD para petani dan Stake Holder terkait, membahas program pengendalian hama tikus dengan metode Rubuha di Pidie Jaya - Foto : Setia Budi

PIDIE JAYA - Sejak menggunakan Rumah Burung Hantu (Rubuha) panen padi di beberapa lokasi di Pidie Jaya (Pijay) meningkat. 
Hal itu di sampaikan Muhammad, salah seorang petani  yang memanfaatkan inovasi Rubuha di lahan sawahnya. 

" Sebelum pemanfaatan burung hantu, panen kami sering gagal akibat hama tikus namun setelah Rubuha diterapkan, serangan tikus berkurang drastis, dan hasil panen meningkat,” ungkapnya  dalam Fokus Grup Diskusi (FGD) di Aula Kantor Balai Penyuluhan Meurah Dua Kabupaten Pijay , Kamis (15/8/24). 

FGD yang di gelar peneliti Universitas Malikussaleh (Unimal) itu dihadiri 45 peserta tersebut melibatkan Dinas Pertanian dan Pangan, Penyuluh, Keujruen Blang Chiek, Ketua kelompok tani serta pengamat Hama dan Penyakit Tanaman (HPT) .

Ketua tim peneliti Unimal Dr. Setia Budi menjelaskan FGD ini bertujuan untuk melihat dinamika sosial, mengevaluasi dan mengembangkan metode Rubuha yang telah diterapkan sejak tahun 2016 di kawasan tersebut. 

" Burung hantu bisa menjadi solusi berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk mengatasi hama tikus di lahan sawah" Terang Setia Budi. 

Jauh sebelumnya,  petani dikawasan tersebut menggunakan listrik untuk mengendalikan hama tikus. Metode ini selain membutuhkan biaya juga berbahaya dan pernah menimbulkan korban jiwa, sehingga mulai di tinggalkan. 

Cara alami dengan memanfaatkan burung Hantu sebagai hewan predator selain efektif untuk mengurangi tikus yang kerap menimbulkan kerusakan pada tanaman padi juga dinilai aman bagi manusia dan ramah lingkungan. 

Metode ini sangat sederhana, di kawasan lahan sawah para peneliti membangun rumah-rumah burung hantu sebagai sampel, dan menempatkan burung hantu jenis Tyto Alba di Rubuha untuk memantau tikus dan memangsanya pada malam hari. 

"Jenis ini merupakan spesies lokal yang banyak ditemukan di wilayah kabupaten Pidie Jaya, sehingga tidak perlu mendatangkan burung dari daerah lain" Kata Mustafa, pengamat burung hantu di kawasan itu. 

Setia Budi yang juga dosen senior di Fakultas Pertanian Unimal menerangkan, selain pengurangan serangan tikus, keberadaan Rubuha juga dapat membantu menurunkan gangguan hama lain, sehingga ekosistem pertanian lebih seimbang dan berkelanjutan. 

Selain cerita sukses, dalam FGD tersebut  juga mengungkap tantangan dalam penerapan metode Rubuha.

Jafaruddin,  petani lainnya mengatakan beberapa petani masih belum memahami cara yang benar dalam membangun dan menempatkan Rubuha. Misalnya, banyak Rubuha  dipasang di lokasi yang tidak tepat, seperti di jalan pematang sawah, akibatnya burung hantu enggan menetap. 

" Kami butuh bimbingan lebih lanjut dari tim penyuluh atau peneliti dari Unimal agar Inovasi Rubuha efektif " pintanya. 

Tantangan lain yang mencuat dalam diskusi adalah gesekan dengan pengusaha burung walet. 

Saat tikus di sekitar area sawah berkurang, burung hantu kadang memangsa burung walet, yang dapat merugikan para pengusaha walet. 

Akibatnya ada burung hantu yang ditembak untuk melindungi wallet, seperti yang terjadi Kecamatan Meurendu dan Meurah Dua, ada temuan bangkai Burung Hantu dekat usaha wallet. 

Jika penembakan ini terus dilakukan maka program pengendalian hama tikus dengan metode Rubuha ini bisa terancam keberlanjutannya. 

Para petani dan pengusaha walet berharap adanya solusi bersama, seperti penyusunan Qanun (peraturan daerah) yang dapat melindungi burung hantu tanpa merugikan pengusaha burung Walet​.

Para peserta FGD sepakat bahwa perlu adanya intervensi pemerintah untuk menyelesaikan persoalan ini dengan adanya regulasi dalam bentuk Qanun atau peraturan daerah  yang melindungi keberadaan burung hantu sekaligus memperhatikan kepentingan pengusaha burung Walet. 

Langkah ini diharapkan bisa menjadi solusi bagi kedua pihak, baik petani maupun pengusaha walet, sehingga konflik bisa diminimalisir​.

Di samping itu, dukungan dari pemerintah daerah juga sangat dibutuhkan dalam hal pendanaan.

Saat ini, belum ada alokasi dana yang memadai dari pemerintah desa untuk membangun Rubuha yang cukup.

Padahal, kebutuhan akan Rubuha semakin mendesak mengingat ancaman hama tikus yang masih ada meski sudah berkurang​.

Dukungan pemerintah daerah melalui penyediaan Rubuha di berbagai lokasi menjadi salah satu faktor kunci yang mendorong peningkatan produktivitas pertanian di Pijay. 

Dalam FGD tersebut para peneliti  Unimal berupaya menjembatani kebutuhan para petani dan tantangan yang mereka hadapi dengan memberikan pemahaman teknis penerapan inovasi Rumah burung hantu (Rubuha) secara tepat.

Selain itu juga mendorong regulasi yang berpihak kepada kepentingan masyarakat tani tanpa merugikan pihak lainnya.

Budi berharap inovasi Rubuha bisa terus dikembangkan dan memberikan dampak yang lebih luas bagi sektor pertanian tanaman pangan dan holticultura di Pijay.

Hal senada juga disampaikan Prof Nirzalin yang juga tergabung dalam tim yang sama. 

Menurut pakar Sosiologi Unimal itu, kunci keberlanjutan program Rubuha yang sudah memberi dampak positif bagi petani adalah dukungan pemerintah dan kolaborasi antara para petani, Dinas Pertanian dan Pangan, Penyuluh, lembaga adat Keujruen Blang, dan akademisi. 

" Ke depan, Unimal berencana untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait desain dan penempatan Rubuha yang lebih efektif, serta mengusulkan penyusunan kebijakan perlindungan burung hantu dalam menghadapi konflik dengan pengusaha burung Walet" Pungkasnya. [SB/ZS]