Sejarah Teuku Abeuk, Ulebalang dari Aceh Barat
Marjinal.id - TEUKU Abeuek adalah sosok Uleebalang di Pameue, Aceh Barat, sudah lama jadi sumber kekesalan penguasa Belanda pada 1920-an. Dia dicurigai membantu logistik pejuang, tapi selalu pintar mengelak tuduhan. ”Mengapa Teuku membantu orang-orang muslim dengan memberi makan?” Sang Teuku menjawab, ”Tuan harus mengerti, di Aceh tak seorang pun tamu keluar dari rumah dengan perut lapar".
Itu adat Aceh, Saya wajib menghormati tamu dengan menyuguhkan nasi. Berulang kali interogasi semacam itu terjadi, berulang kali Belanda kena batunya. Menolak alasan si Teuku bisa dikira tak peduli adat.
Padahal, pemerintah kolonial tegak justru dengan cara dan legitimasi menjunjung adat. Pernah Teuku Abeuek menyindir dengan lembut: "Tuan musti tahu di negeri kami para musafir kami ukur jarak dan lamanya mereka bepergian. Saya tak boleh bertanya apa dia seorang muslimin (pemberontak), apa bukan tapi, sebagai seorang beradab, saya wajib memberi bekal"
Sejak perang panjang 1873, Aceh pada 1920-an mulai mantap. Uleebalang, sebagai pejabat tinggi Belanda dan tokoh yang disegani masyarakat lokal, tak boleh ditangkap begitu saja.
Balans politik kawasan bisa terancam di ujung tanduk. Maka harus dicari akal untuk menghabisi Teuku Abeuek, dan terpilihlah perwira dari satuan elite marrechausse, Letnan Infanteri J.H.J. Bridgen.
Uniknya, Bridgen menyiapkan tugas dengan seksama, Diam-diam dia pergi ke Bandung, belajar ilmu pedang. Lalu kembali ke Aceh, dia mengundang Teuku Abeuek beradu tangkas, menarikan pedang.
Teuku Abeuek dengan sigap menerima dan menyanggupi. Dengan ”Syaratnya, yang kalah harus mati,” usul Bridgen. ”Setuju!” Teuku menyahut dengan tegas.
Pertarungan pun berlangsung Letnan Bridgen kagum melihat Teuku Abeuek menghunuskan pedang. Lama berlaga, gelang tangan Bridgen pun lemas. Pedangnya terpelanting tubuhnya terkulai, Bridgen mengaku kalah, ”Teuku, bunuhlah aku!” Teuku Abeuek menjawab, ”Ambil pedangmu!”
Bridgen tetap minta dibunuh, dan si Teuku tetap menolaknya. Akhirnya, Teuku Abeuek mengajak Bridgen makan bersama rakyat. Di tengah kenduri besar, Bridgen bertanya "Mengapa Teuku tak mau membunuhku?" Teuku menjawab, "Karena Tuan tak mau ambil pedang".(Ig.@atjehgallery)