Buya Syafii Maarif Sedih Teuku Djohan Dibunuh
Marjinal.id - Di tengah panasnya perang, ribuan orang Muhammadiyah datang ke Aceh pada pertengahan 1995. Mereka berkumpul di Kota Banda Aceh untuk mengikuti Muktamar Muhammadiyah ke-43 yang berlangsung selama lima hari, dari 6 sampai 10 Juli.
Menurut Ahmad Syafii Maarif, tujuan muktamar digelar di Aceh salah satunya untuk menunjukkan kepada dunia bahwa daerah ini tak berbahaya. Biarpun sebenarnya warga Muhammadiyah tahu di banyak tempat situasinya jauh dari aman, termasuk di Banda Aceh sendiri. Setiap hari terjadi pertempuran prajurit TNI dengan gerilyawan Aceh Merdeka.
Muktamar Muhammadiyah ke-43 di Aceh dibuka langsung oleh Presiden Soeharto. Wakil Presiden Try Sutrisno pun datang pada 10 Juli untuk menyampaikan pidato penutupan muktamar (ABRI, Mimbar Kekaryaan ABRI, Nomor 293, Mei 1995). Kehadiran dua petinggi ini mengharuskan adanya pengamanan ekstra ketat. Untuk itu, ditunjuklah Jenderal TNI Teuku Djohan sebagai ketua panitia lokal.
Semua orang Muhammadiyah harus berterima kasih pada Teuku Djohan. Berkat jasanya, muktamar berjalan lancar dan aman sampai hari terakhir. Amien Rais terpilih sebagai Ketua Pengurus Pusat Muhammadiyah dalam muktamar ini, dengan meraih 1.245 suara.
“Maka adalah sebuah rahmat Allah, muktamar bisa berlangsung tanpa gangguan di bumi sengketa itu. Tentu dengan pengamanan ekstra ketat dari aparat di bawah pengarahan Jenderal Djohan, dibantu oleh bagian keamanan Muhammadiyah. Sebagai warga Muhammadiyah aku harus berterima kasih … Muhammadiyah berutang budi kepadanya,” puji Buya Maarif dalam autobiografi Titik-Titik Kisar di Perjalananku (2009).
Muktamar Muhammadiyah ke-43 di Aceh menjadi pembuka persahabatan Buya Maarif dengan Teuku Djohan. Oleh sebab itulah saat menerima kabar terbunuhnya Teuku Djohan, batin Buya Maarif jadi terluka.
Teuku Djohan ditembak mati setelah menunaikan sembahyang Magrib di Masjid Raya Baiturrahman pada 10 Mei 2001. Buya Maarif menyebut pihak yang membunuh sahabatnya adalah suatu “kekuatan gelap di Banda Aceh”. Ia amat menyesalkan terjadinya peristiwa itu, tetapi tak lupa berdoa untuk kebaikan almarhum.
“Semoga arwahnya diterima Allah dan ditempatkan pada tempat terhormat sesuai dengan amal baktinya semasa hidup di dunia,” harap Buya Maarif.