Yuk Intip, Alat Musik Tradisional Aceh di Blang Weu Panjoe Tembus ke Pasar Internasional
LHOKSEUMAWE - Gampong (sebutan desa di Aceh) Blang Weu Panjoe salah satu wilayah di Kota Lhokseumawe menyimpan berbagai potensi dan cerita menarik khususnya, bidang khasanah budaya. Salah satu khasanah itu tertuang dalam alunan berbagai alat musik tradisional khas Aceh.
Lantas, seperti apa cerita menarik dari alat musik tradisional ini ?
Berikut liputannya bersama Zul Afrizal, S.Pd.I., MA., akrab disapa Joel Pase, Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Lhokseumawe.
Di sela kunjungan kerjanya sebagai proses input data bidang kebudayaan, (dalam paket 100 hari kerja awal, semenjak dilantik sebagai Kabid Kebudayaan pada Maret yang lalu), di bengkel kerajinan alat musik tradisional Aceh di Desa Blang Weu Panjoe, Selasa (14/06).
Berbagai macam kerajinan alat musik tradisional milik keluarga Hasballah Hanafiah yang dilanjutkan oleh putra-putranya seperti Junaidi dan Suni telah diproduksi disini, seperti Rapa-i dengan berbagai ukuran, Canang Ceureukeh hingga Gendrang dan lain lain. Pengerjaannya pun sangat baik meski masih dengan menggunakan alat tradisional atau ada satu dua dengan alat semi modern dari proses memilih dan mengambil kayu bahkan hingga mengukir dan memasang kulit kambing semua telah dilakukan sudah lama.
Junaidi Bin Hasballah Hanafiah saat memainkan Canang Ceuerekeuh produksinya - Foto: Nanda AB
“Kami hanya berkewajiban melanjutkan apa yang telah dimulai sejak awal oleh orang tua kami, oleh ayah dan dari sini memang sudah menjadi penghasilan kami selama ini,” ungkap Junaidi, salah satu putra kandung Hasballah Hanafiah.
Rapai-i salah satu alat musik tradisional yang diproduksinya pun, sambung Junaidi, ternyata telah mampu bersaing dan menghasilkan alat musik tradisional terbaik di nusantara. Bahkan baru-baru ini diketahui dentuman perkusi hasil olahan di tempat tersebut sudah mulai diminati oleh para musisi di Negeri Jiran Malaysia, dibuktikan dengan adanya satu dua Rapa-i yang pernah dipesan konsumen di Jakarta untuk dimainkan di negeri upin-ipin tersebut.
Selain itu, ada juga konsumen dari salah satu kampus di Australia yang menjadikan Tari Aceh yang diiringi alat musik tradisonal miliknya sebagai salah satu kegiatan seni pertunjukan di negeri kangguru tersebut.
Joel Pase mengutarakan, dulunya tempat pembuatan kerajinan alat musik tradisional ini tidak banyak yang tahu. Sejak berdiri sekitar tahun 90-an, bengkel Pramanik ini telah memproduksi sejumlah alat musik tradisional yang digunakan oleh para musisi aceh tapi dengan relasi agensi yang belum ramai.
Suni, Putra kandung Hasballah Hanafiah saat berada di bengkel pramanik miliknya - Foto: Nanda AB
Namun setelah gempa dan tsunami melanda Aceh, lanjut Joel Pase, barulah bengkel ini mulai dibanjiri pesanan baik dari dinas terkait kegiatan lomba seni budaya aceh atau oleh para Non Governmental Organization (NGO) asing untuk program penanganan trauma pada pengungsi pasca tsunami, lalu berlanjut kepengadaan rapai pada even-even lokal seperti Lhokseumawe Culture Festival, Rapai Internasional dan beberapa even lainnya, mulailah tempat ini dikenal luas oleh para seniman dan masyarakat luas.
“Harapan kami, agar bengkel workshop ini terus berkembang dan dapat menjadi contoh bagi pelaku industri lainnya untuk dapat istiqamah dalam melalukan pelestarian khazanah budaya baik di Kota Lhokseumawe bahkan di Aceh secara umumnya,” pesan Joel Pase
Pada kesempatan ini, Joel Pase juga berpesan sebagai pemerintah kita sangat mengapresiasi, tentunya ini adalah usaha yang tidak sia-sia dan akhirnya membuahkan hasil yang luar biasa, beberapa produk alat musik milik beliau pun berhasil terjual hingga mancanegara melalui para penyalur di Aceh bahkan luar Aceh.
Kemudian akhirnya, alat musik ini bisa terpromosikan go internasional, tinggal tugas kita secara sederhana bagaimana upaya kita menyadarkan generasi muda untuk mulai kembali mengeksplorasi khazanah seni budaya kita sejak dini.
“Meukon jino pajan lom, meukon tanyoe soe lom," tutup Joel Pase di halaman bengkel yang sederhana, dengan tampilan ruang alam serta beberapa kayu dan bambu dengan jenis tualang, meureubo, mahoni dan jati untuk menjadi sebuah karya seni yang memiliki nilai jual tinggi. [Nanda AB]