Abdullah Puteh : Pemerintah Aceh Kurang Peka, Bahkan Menu Yang Sudah Terhidang Tak Mampu Disantap
LHOKSEUMAWE - 2,5 trilyun dari 17 trilyun dana pemerintah pusat yang diturunkan ke Aceh tahun 2022 harus dikembalikan lagi ke pusat.
" Ini indikasi ketidakmampuan pemerintah Aceh mengelola anggaran, kewenangan besar dalam otonomi khusus yang diberikan kepada daerah tak mampu dimanfaatkan" Ungkap Wakil Ketua Komite II Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI), Dr. Ir. H. Abdullah Puteh, M. Si., dalam sebuah diskusi dengan anak muda yang tergabung dalam Barisan Relawan Muda Aceh (Bramuda).
Baramuda menggelar silaturahmi dan ngopi bareng di sebuah kafe kawasan Lhokseumawe, Kamis (26/2/23).
Bertepatan dengan kunjungan Daerah Pemilihan (Dapil) Abdullah Puteh ke Aceh Baramuda memanfaatkan kesempatanmu menyampaikan aspirasinya dalam kegiatan tesebut.
Abdullah Puteh juga menilai, para pejabat daerah masih kurang peka terhadap kondisi masyarakat sehingga menu yang sudah terhidangpun seakan tak mampu di santap.
Mantan Gubernur Aceh itu menganalogikan dana Otonomi Khusus (Otsus) itu sebagai makanan terhidang.
"Uang 2,5 Trilyun bukannya sedikit, jika dibelikan telur ayam, atau anak ayam penuh Aceh ini" tambahnya.
Sangat ironis, Aceh sebagai propinsi ketiga terbanyak menerima dana pusat setelah DKI Jakarta dan Papua, malah di rilis sebagai daerah termiskin di Sumatera.
"Anehnya lagi, uang yang sudah ditangan malah harus di kembalikan, padahal kebutuhan masyarakat sangat. banyak khususnya daerah tertinggal di pedalaman Aceh, " lanjut Abdullah Puteh dengan nada kecewa.
Mantan penerima suaka politik dari Denmark Tarmizi, AG juga ikut bicara dalam pertemuan tersebut.
"Saat pak Abdullah Puteh menjabat Gubernur Aceh waktu konflik, beliau ini musuh saya, bahkan kami pernah menyerangnya saat berkunjung ke Leubu Bireun, namun beliau belum naas saat itu, malah kapolres yang mengawalnya yang jadi korban" Ujar mantan kombatan GAM asal Bireun yang dipenjara di Thailand selama tujuh bulan.
Namun Tarmizi yang populer dengan nama Al Mukarram dalam orasinya mengakui di zaman kepemimpinan Abdullah Puteh sebagai Gubernur banyak hal dilakukan termasuk mempelopori berdirinya Dinas Syariat Islam dan dimasa dia Gubernur proyek Ladia Galaska (Lautan Hindia, Gayo, Alas, Selat Malaka) dilakukan yaitu pembangunan jalan sepanjang 496,5 km di kawasan terisolir menghubungkan daerah lautan hindia walaupun kemudian muncul pro kontra.
"namun sekarang saya dukung pak Abdullah Puteh" Ucap Tarmizi
Selain Baramuda hadir juga dalam pertemuan tersebut para aktivis mahasiswa dan para mantan kombatan GAM.
Usai ngopi bareng dengan Baramuda, Abdullah Puteh menyempatkan waktu wawancara khusus dengan marjinal. Id.
simak videonya.
Abdullah Puteh mengatakan sudah seminggu di Aceh menjumpai masyarakat untuk menghimpun aspirasi dan berdialog di Aceh Tamiang, Aceh Timur, Langsa, Aceh Utara dan Lhokseumawe.
Perjalanannya mengunjungi daerah pemilihan akan berakhir di Banda Aceh mengunjungi sekolah Quwait yang dibangun saat Tsunami [Zul Syarif]